Kepada Mayang Mantan Pertama

Baru habis ku santap 2 potong ayam tepung varian spicy, sengaja memancing kantuk datang lagi. Ku tunggu-tunggu masih saja belum ketemu. Ku bakar rokok, duduk nyantai pada lantai depan dengan tembok dingin sebagai tempat sandaran nyaman untuk tulang belakang. 

Terima kasih ku haturkan dalam hati, untukku sendiri, atas setiap usaha yang masih harus diperbaiki yang senantiasa masih mau dan terus bertahan hingga kini .

Ku sampaikan terima kasih pula pada tulisan ini, kepada setiap puan yang telah datang mewarnai perjalanan ini. "Good for you, but not for us!!" Kalimat yang muncul di isi kepala si dungu yang selalu di cap tebar pesona. Itu kata mereka, da aing mah teu ngarasa.

Ku tegaskan sekali lagi. Teruntuk puan-puan yang pernah datang memberi warna, terima kasih ku sampaikan pada setiap guratan cerita lara pun bahagia. Aku benar-benar sangat menikmatinya!

Kepada Mayang, mantan pertama.

Maaf sebelumnya, jika memberi kesan yang kurang baik di akhir cerita. Seharusnya bukan kamu yang ku damba namun si Samrotul cucu kyai-lah yang jadi tujuan utama, sungguh Samrotul bak gadis sampul, dikaruniai muka rada ke araban, hidung mancung, kulit kuning langsat, bibir tipis tanpa lipstik serta lesung pipit di kedua pipi makin mendukung senyumnya. Sungguh tak akan pernah bosan saat memandangnya. Menjadi bukti yang nyata, sebagai sebuah tanda bahwa Tuhan Maha Sempurna. Aku memuji-Mu melalui keindahanya!!

Mayang, mantan pertama ku. Kau pun pasti  mengingat persis bagaimana mulanya.  Si Syarif yang memang secara sadar ingin merajut rasa denganmu. 

Tepatnya Sore di rumah saat libur sekolah, si syarif datang dengan langgang, kepadaku meminta bantuan agar dibuatkan surat yang puitis nan romantis untuk mu, tanpa pikir panjang dengan sedikit refrensi dari buku ave maria yang ku baca, ku gubah kata-kata cinta dengan tulisan tangan di atas lembaran kertas sinar dunia. Esok harinya, setelah pelajaran matematika dan menunggu pelajaran selanjutnya si Syarif yang penuh harap membawa lipatan segi empat, yang memang pada zamanya, kami sebut surat cinta.

Ya Mayang, untuk mu! waktu yang tepat. Di taruhnya lipatan kertas di meja Mayang yang bingung harus merepon apa saat Syarif dengan lagak super heroik. Diluar skenario yang sudah terencana, nampaknya kata-kata pada kertas sinar dunia itu kau baca dan kau tahu bahwa itu tulisan ku.

Tahukah mayang? aku canggung, gemetar memikirkan bagaimana kedepannya. Jika nyatanya kau menaruh hati pada si dungu ini bukan pada si syarif yang memang bernyali seribu. Sedang aku, untuk mencari topik yang menarik saja tak biasa. (Itu dulu saat minim refrensi dan belum dewasa hahaha)

Hari-hari selanjutnya entah kenapa, aku anggap itu kesempatan. Coba-coba bermain rasa hingga kita menjalin asamara. Haduh parah ya, bocah bau kencur, mulai kebentur dengan asmara di masanya. 

Terima kasih Mayang, semoga kebahagian untuk mu selalu datang, Kamu manis dengan tahi lalat di bawah dagu. Ini bukan merayu hehehe

kita sudah dewasa, sudah bisa berpikir matang. Percayalah bukan aku sedang rindu, namun saat ini, hanya sedang menunggu lelah datang. Jadi apa salahnya, ku tulis ini sebagai arsip-arsip menyenangkan. Toh kamu juga tak kan tahu. 

Sejahteralah Mayang, mungkin pada masa itu kita sama-sama kebingungan. Kita menganggap rasa yang tersampaikan dapat mengikat dan dipertahankan. 

Dan begitu saja, aku lupa moment apa yang membuat kita menyerah. Entah aku atau kamu yang lebih dulu meninggalkan. Acara perpisahan kelas kita melakukan pentas seni tari tani. Setelahnya aku benar-benar lupa!

Kita naik satu tingkatan, Sekolah Menengah Pertama. Adaptasi, mata pelajaran yang mulai kompleks, ekstra kulikuler yang menyita waktu dan lingkungan pertemanan yang baru. 

Sinetron "Inikah Rasanya" dengan pemeran utamanya alisya subandono yang menceritakan geng percintaan anak remaja sedang hype pada masa itu. Aku juga mulai bertumbuh, pertumbahan secara biologis apalagi, mulai terlihat buah jakun di bagian tengkak leher ku, merasa aneh saat muncul bulu dibagian tertentu, mulai menggunakan sabun cuci muka Biore yang sengaja dibelikan ibu, fase aqil baligh, handbody marina, mulai rutin angkat barbel dari kaleng cat satu kilo yang di isi semen bahkan hingga mimpi basah. Hahahaha

Mayang adalah warna pertama di romansa cerita ku. Jangan terlalu serius ya bacanya, ini hanya dilebihkan agar membangun drama untuk pembaca. Jika pembaca suka, tokoh "Aku" mungkin akan kembali bercerita

Pissss!



Komentar

Postingan Populer